Nasional – Kembalinya kloter terakhir jemaah haji, KJT 28, pada 10 Juli 2025 menandakan selesainya seluruh prosesi ibadah haji tahun 1446 Hijriah/2025 Masehi. Bersamaan dengan kepulangan kloter terakhir ini, operasional layanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi juga secara resmi diakhiri..
“Hari ini adalah penutupan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Madinah. Dengan demikian, seluruh pelayanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi telah berhenti beroperasi,” Dalam sambutannya pada penutupan KKHI Daker Madinah (10/7), Dr. Mohammad Imran, MKM, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi menyampaikan pidatonya.
KKHI Daker Madinah telah memberikan pelayanan rawat inap dan rawat jalan kepada 241 jamaah haji. Penyakit pneumonia, hipertensi, dan diabetes melitus menjadi tiga diagnosis yang paling sering ditemukan.
Selain itu, dr. Imran mengingatkan PPIH Bidang Kesehatan dan TPK untuk selalu bersyukur atas kepercayaan yang diberikan dan memohon ampunan dalam melayani jamaah Allah SWT.
Ia menekankan pentingnya meminta maaf kepada Allah SWT jika merasa belum memberikan pelayanan yang optimal.
Berbagai hal tak terduga menjadi bagian dari tantangan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi tahun ini.
“Beradaptasi dengan kebijakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Arab Saudi dengan informasi yang kurang jelas dari awal, di sini kita terkendala dalam bertugas. Izin operasional KKHI terbatas pada rawat jalan dan jumlah klinik sektor juga dibatasi jumlahnya,” jelas dr. Imran.
Ia menjelaskan bahwa meski izin operasional belum selesai, tim KKHI Makkah dan Madinah, serta pos kesehatan di pemondokan tetap memberikan pelayanan.
Akan tetapi, dengan peraturan yang berlaku, pelayanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi dihentikan sampai izin dikeluarkan dan kerap diperiksa.
Meskipun begitu, ia tetap bersyukur pelayanan kesehatan haji Indonesia di KKHI Makkah dan Madinah masih berjalan untuk melayani jamaah, termasuk program tanazul yang berjalan dengan lancar.
“Saya melihat program tanazul, alhamdulillah tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Pasien jemaah tanazul, alhamdulillah selamat sampai di Indonesia, meski harus mendapatkan perawatan lanjutan,” bebernya.
Dr. Imran menekankan bahwa kelancaran tanazul sangat bergantung pada koordinasi yang baik dan komunikasi yang efektif antara tim Daker Makkah, Daker Madinah, dan pihak bandara.
Informasi mengenai jemaah tanazul yang telah terpilih melalui seleksi dari DPJP di KKHI perlu disampaikan kepada maskapai penerbangan di bandara.
Selain itu, keberhasilan pelayanan kesehatan haji pada tahun 1446H/2025M juga terlihat dari menurunnya angka kematian jemaah dibandingkan tahun 2024, berkat kerja keras dan kelancaran kerja tim.
“Tahun ini, data Siskohatkes per tanggal 10 Juli 2025, cut-off pukul.16.00 WAS terdapat 446 jemaah haji yang wafat. Menurun dari tahun 2024 dengan sejumlah 461 orang jemaah yang meninggal dunia,” ungkap dr. Imran.
Selama penyelenggaraan ibadah haji selama 70 hari, tercatat 1.710 jemaah dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
Kasus yang paling banyak ditemukan adalah pneumonia, diabetes melitus, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Di bidang kefarmasian, layanan yang diberikan mencapai 12.396 dengan penggunaan obat kombinasi untuk flu dan batuk dalam bentuk tablet sebagai yang paling tinggi.
“Walaupun sudah menghentikan layanan, selama PPIH Bidang Kesehatan belum kembali ke Indonesia, maka 43 pasien yang masih dirawat inap di RSAS akan terus divisitasi,” pungkas dr. Imran.
dr. Imran menyatakan akan terus menjalin komunikasi dengan Kemenkes Arab Saudi.
“Mereka di bulan Agustus nanti akan datang ke Indonesia untuk mengetahui sedetil-detilnya persiapan layanan ibadah haji 2026. Kami akan menyampaikan catatan pelaksanaan di tahun 2025, sebagai bahan evaluasi bersama sekaligus masukan bagi implementasi kebijakan Kemenkes Arab Saudi untuk pelayanan kesehatan jemaah haji yang lebih baik,” tuturnya.