Fakta: Analisis Ilmiah dan Penjelasan Ulama
1. Fenomena Mengeringnya Sungai Eufrat
Sungai Eufrat, yang memiliki panjang sekitar 2.780 km dan merupakan sungai terpanjang di Asia Barat Daya, mengalami penurunan volume air yang cukup besar dalam beberapa dekade belakangan.
Menurut data dari NASA, cekungan Sungai Eufrat dan Tigris kehilangan 144 juta kilometer kubik air tawar antara tahun 2003 dan 2010.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, pembangunan bendungan di Turki melalui Proyek GAP, penggunaan air yang berlebihan untuk keperluan pertanian, dan konflik di kawasan tersebut.
Laporan dari Shafaq News pada tahun 2025 menunjukkan bahwa debit air Sungai Eufrat menurun hingga 18 milimeter per bulan, mencapai titik terendah sepanjang sejarah.
Kondisi ini mengakibatkan dasar sungai terlihat jelas, memperlihatkan timbunan batu berkilauan yang memicu perburuan “emas” di antara penduduk Raqqa.
Akan tetapi, perlu dipertanyakan apakah material yang ditemukan tersebut benar-benar merupakan emas.
2. Material Berkilau: Emas atau Pirit?
Khaled al-Shammari, seorang insinyur geologi setempat, menyatakan bahwa endapan mineral di Sungai Eufrat adalah hal yang lazim mengingat kekayaan geologis daerah tersebut.
Meskipun demikian, ia menekankan bahwa kilau pada bebatuan tidak dapat dijadikan penanda keberadaan emas tanpa pengujian geologis yang komprehensif.
Penemuan warga setempat ternyata bukanlah emas, melainkan pirit, sebuah mineral yang mengandung sulfur dan seringkali dikira emas karena tampilannya yang serupa.
Pirit memiliki kegunaan industri, contohnya dalam pembuatan asam sulfat, namun mineral ini bukanlah logam mulia. Secara geologis, kemungkinan Sungai Eufrat mengering dan mengungkap “gunung emas” seperti yang ramai diperbincangkan sangat kecil kemungkinannya.
Mesopotamia memang memiliki banyak sumber daya alam, tetapi lebih dikenal dengan cadangan minyaknya dibandingkan emas.
3. Penafsiran Hadis: Literal atau Simbolis?
Para ahli agama memiliki interpretasi yang berbeda-beda mengenai arti “gunung emas” yang terdapat dalam hadis
• Tafsiran Literal: Sebagian ulama, seperti yang dikutip dalam kitab Al-Burhan fi ‘Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman, memahami “gunung emas” sebagai emas fisik yang akan muncul saat Sungai Eufrat surut, diiringi konflik besar. Fenomena di Raqqa tampak mendukung tafsiran ini, meskipun belum ada konfirmasi ilmiah tentang emas.
• Tafsiran Simbolis: Ulama seperti Ibn Katsir dan Fazlur Rahman berpendapat bahwa “gunung emas” bisa merujuk pada sumber daya strategis, seperti minyak bumi (“emas hitam”), yang memicu konflik di Timur Tengah. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa larangan mengambil emas dalam hadis bertujuan mencegah kekacauan dan pertumpahan darah akibat keserakahan.
• Peringatan Hati-Hati: Ulama Asaad al-Hamdani menekankan perlunya pendekatan ilmiah dan tidak terburu-buru mengaitkan fenomena ini dengan tanda kiamat. Ia meminta masyarakat memahami hadis dengan konteks yang lebih mendalam bersama ulama kompeten.
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi mengartikan mengeringnya Sungai Eufrat sebagai kondisi di mana dasar sungai terlihat karena airnya menyusut, sebuah fenomena yang dapat terjadi akibat pergeseran jalur aliran sungai.
Istilah “gunung emas” diperkirakan merujuk pada kekayaan yang terpendam dan hanya muncul saat air sungai surut; namun, menurut Imam Nawawi, makna utamanya lebih bersifat etis, yaitu sebagai pengingat akan bahaya keserakahan.